|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Amsal 18:12 : “Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan.” |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Hati-hati ! Tinggi Hati Adalah Awal Kehancuran |
|
Hati-hati ! Tinggi Hati Adalah Awal Kehancuran |
|
Rabu, 01 Agustus 2018 |
|
|
|
|
|
Hati-hati ! Tinggi Hati Adalah Awal Kehancuran |
|
Amsal 18:12 |
|
|
|
|
|
|
Kroasia datang ke Piala Dunia kali ini dengan hanya dua striker murni, yaitu Mario Mandzukic dan satu striker lainnya adalah Nikola Kalinic. Kalinic di bangku cadangan untuk pertandingan pertama Kroasia melawan Nigeria. Di sisa lima menit terakhir pertandingan itu, pelatih memerintahkannya untuk bersiap masuk menggantikan pemain lain. Namun apa yang kemudian terjadi? Kalinic dengan marah menolak untuk bermain, sebagai protes karena ditinggalkan di bangku cadangan. Dia merasa dirinya pemain top, dan tidak akan datang hanya untuk lima menit. Pelatih akhirnya beralih ke pemain lain untuk menggantikan salah satu pemain yang akan keluar. Setelah pertandingan, Kalinic menolak untuk meminta maaf, meskipun ada seruan dari staf pelatih lainnya. Pelatih kemudian memecatnya dari tim, dan mengirimnya pulang dari Rusia.
Bukannya menyesali perbuatannya, Kalinic malah memilih untuk liburan, dan bahkan memposting foto dirinya menikmati liburannya. Dia tampaknya membayangkan, Kroasia tidak akan mendapat apapun di turnamen itu. Dia merasa tanpa dirinya Kroasia akan hancur di ajang Piala Dunia 2018. Tapi kenyataan berkata sebaliknya. Justru tanpa dia, tim Kroasia berhasil memenangkan pertandingan demi pertandingan dan mencapai prestasi sepakbola terbesar mereka dalam sejarah, mencap...selengkapnya » |
Kroasia datang ke Piala Dunia kali ini dengan hanya dua striker murni, yaitu Mario Mandzukic dan satu striker lainnya adalah Nikola Kalinic. Kalinic di bangku cadangan untuk pertandingan pertama Kroasia melawan Nigeria. Di sisa lima menit terakhir pertandingan itu, pelatih memerintahkannya untuk bersiap masuk menggantikan pemain lain. Namun apa yang kemudian terjadi? Kalinic dengan marah menolak untuk bermain, sebagai protes karena ditinggalkan di bangku cadangan. Dia merasa dirinya pemain top, dan tidak akan datang hanya untuk lima menit. Pelatih akhirnya beralih ke pemain lain untuk menggantikan salah satu pemain yang akan keluar. Setelah pertandingan, Kalinic menolak untuk meminta maaf, meskipun ada seruan dari staf pelatih lainnya. Pelatih kemudian memecatnya dari tim, dan mengirimnya pulang dari Rusia.
Bukannya menyesali perbuatannya, Kalinic malah memilih untuk liburan, dan bahkan memposting foto dirinya menikmati liburannya. Dia tampaknya membayangkan, Kroasia tidak akan mendapat apapun di turnamen itu. Dia merasa tanpa dirinya Kroasia akan hancur di ajang Piala Dunia 2018. Tapi kenyataan berkata sebaliknya. Justru tanpa dia, tim Kroasia berhasil memenangkan pertandingan demi pertandingan dan mencapai prestasi sepakbola terbesar mereka dalam sejarah, mencapai final Piala Dunia, meski bertarung tanpa Kalinic. Dua puluh dua pemain tersisa sepeninggal Kalinic, menjadi pahlawan nasional bagi Kroasia. Nama mereka selamanya akan ditulis dan diingat di hati generasi. Kalinic seharusnya menjadi bagian itu, tetapi sekarang dia tidak ada di sana. Semua karena kemarahan sesaat, kebanggaan dan ego yang berlebihan. Dia mungkin menyesal sekarang. Dia mungkin menyadari kebodohannya. Nikola Kalinic bisa jadi menjadi sosok yang paling menyesal dan kecewa di event Piala Dunia 2018 ini. Tetapi semuanya sudah terlambat.
Tinggi hati, kesombongan dan egoisme ada dalam setiap diri manusia. Penulis kitab Amsal pun, menyadari akibat dari ketiga hal di atas. Di dalam Amsal 16:18 dituliskan bahwa “Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan.” Pembahasan wejangan tentang hal ini kembali diulang dalam pesannya yang ada di Amsal 18:12, yang berbunyi “Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan.” Bahkan hal ini semakin dipertegas dalam Amsal 16:5, “Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi TUHAN; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman.” Hal ini semakin jelas bagi kita, bahwa apapun bentuk dan kegiatannya, tinggi hati, kesombongan dan egoisme tidak direstui oleh Tuhan dan hanya berakibat petaka bagi kita yang melakukannya.
Sadarkah kita, bahwa usaha & dedikasi yang bertahun-tahun kita lakukan semua bisa hancur oleh momen kemarahan, tinggi hati, sombong dan kebanggaan diri. Mari bersama kita belajar untuk menghilangkan tinggi hati dan kesombongan. Belajar mengendalikan kemarahan dan ego berlebihan dan akhirnya, mari bersama belajar menerima tantangan dan situasi.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|