|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
“Jadilah teman yang menjadi berkat”. |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Jadilah Sahabat Yang Jadi Berkat |
|
Jadilah Sahabat Yang Jadi Berkat |
|
Rabu, 21 Maret 2018 |
|
|
|
|
|
Jadilah Sahabat Yang Jadi Berkat |
|
Lukas 5:17-26 |
|
|
|
|
|
|
Istilah “lumpuh” berkonotasi sangat negative yaitu tidak berdaya atau tidak ada kegiatan apapun. Suatu misal ada ungkapan “karena banjir yang tidak kunjung surut maka Jakarta lumpuh total”, kata “lumpuh” mengartikan bahwa Jakarta hampir pasti tidak ada kegiatan berarti. Demikian juga dengan keadaan Si lumpuh yang diceritakan dalam Injil Lukas 5:17-26. Dalam perikop tersebut tidak menyebut nama orang yang lumpuh, orang tersebut memang benar terlihat pasif dalam cerita itu. Yang terlihat aktif adalah teman-teman yang mengusung Si lumpuh itu [5:18-20].
Mungkin saja Si lumpuh itu sebelumnya memang seorang yang telah mengalami hopeless, putus harapan, apatis masa bodoh. Kelumpuhan telah membuat semua menjadi sirna, tidak ada lagi semangat hidup. Jangan-jangan Si lumpuh itu pun tidak bersedia ketemu Yesus hanya karena bujuk rayu atau sedikit dipaksa oleh teman-temannya maka dia “ngikut sajalah, terserahlah…”.Akhirnya teman-temannyalah yang membawa kepada Yesus [ay.18]. Teman-temannya memang sangat aktif misalnya bersedia membawa Si lumpuh kepada Yesus kemudian ketika sampai kepada Yesus ternyata terhalang oleh orang banyak, teman-temanya yang mengusungnya tidak putus asa, berusaha keras bagaimana caranya supaya bisa menemui berhadapan muka dengan Yesus....selengkapnya » |
Istilah “lumpuh” berkonotasi sangat negative yaitu tidak berdaya atau tidak ada kegiatan apapun. Suatu misal ada ungkapan “karena banjir yang tidak kunjung surut maka Jakarta lumpuh total”, kata “lumpuh” mengartikan bahwa Jakarta hampir pasti tidak ada kegiatan berarti. Demikian juga dengan keadaan Si lumpuh yang diceritakan dalam Injil Lukas 5:17-26. Dalam perikop tersebut tidak menyebut nama orang yang lumpuh, orang tersebut memang benar terlihat pasif dalam cerita itu. Yang terlihat aktif adalah teman-teman yang mengusung Si lumpuh itu [5:18-20].
Mungkin saja Si lumpuh itu sebelumnya memang seorang yang telah mengalami hopeless, putus harapan, apatis masa bodoh. Kelumpuhan telah membuat semua menjadi sirna, tidak ada lagi semangat hidup. Jangan-jangan Si lumpuh itu pun tidak bersedia ketemu Yesus hanya karena bujuk rayu atau sedikit dipaksa oleh teman-temannya maka dia “ngikut sajalah, terserahlah…”.Akhirnya teman-temannyalah yang membawa kepada Yesus [ay.18]. Teman-temannya memang sangat aktif misalnya bersedia membawa Si lumpuh kepada Yesus kemudian ketika sampai kepada Yesus ternyata terhalang oleh orang banyak, teman-temanya yang mengusungnya tidak putus asa, berusaha keras bagaimana caranya supaya bisa menemui berhadapan muka dengan Yesus. Mereka memutar otak, bekerja sama, dan menemukan ide yaitu dengan membongkar atap tepat di atas posisi di mana Yesus berada dan menurunkan Si lumpuh tepat di depan Yesus. Dan “ketika Yesus melihat iman mereka” [ay.20], Yesus tidak mengatakan iman Si lumpuh, maka terjadilah mujizat kesembuhan, si lumpuh itu berdiri dan mengangkat tilamnya kemudian memuliakan Allah dan pulang [ay.24-25].
Dari kisah dalam Injil di atas, dapat di ambil pelajaran menarik bagi kita semua bahwa dua atau tiga orang [teman/sahabat] yang berkumpul sepakat bersam-sama dalam doa maka Tuhan menjawabnya. Teman atau sahabat yang punya iman mampu menolong rekannya yang sedang mengalami persoalan. Betapa pentingnya peran teman atau sahabat yang beriman bagi rekannya. Saudara sudahkah kita selalu menjadi teman/sahabat yang baik, yang menjadi berkat, dan marilah kita senantiasa bersedia menjadi teman kepada siapa pun supaya dalam pertemanan itu kita bisa memberi pelayanan yang terbaik bagi banyak orang, dan nama Tuhan dipermuliakan. Amin.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|