Tuhan mengasihi dan memberi perhatian bukan hanya kepada kita, tetapi juga kepada saudara-saudara seiman kita dan orang-orang yang membutuhkan keselamatan.
Awan kelabu yang menggantung pekat sudah menghiasi langit sore itu. Namun itu tak menyurutkan tekad masyarakat Semarang untuk mengikuti Kebaktian Kebangunan Rohani akbar yang diadakan di sebuah stadion. Lapangan rumput sudah berubah menjadi lapangan koran. Nyaris tiap orangmembekali diri dengan lembaran koran sebagai alas duduk. Lalu dengan kesabaran tingkat malaikat mereka menanti-nanti acara yang tak kunjung dimulai. Ketika akhirnya pemimpin pujian mulai melontarkansapa, serta-merta mereka menyambutdengan super antusias. Beragam pengunjung tumpah ruah di sana. Yang sudah percaya kepada Kristus maupun yang sekedar ingin tahu; pengikut Kristus puluhan tahun maupun yang telah berbalik meninggalkan Dia; yang sehat maupun yang sakit; yang penuh semangat maupun yang sedang remuk oleh beban hidup. Semua berkumpul menjadi satu di atas lautan koran.
Satu demi satu puji-pujian dikumandangkan. Ketika tiba saatnya Firman Tuhan yang dinanti-nantikan disampaikan, banyak yang berharap mendengar sebuah kotbah yang dahsyat. Kotbah yang sepadan dengan nama besar si pembicara. Nyatanya, memang hampir tiap kalimat yang meluncur dari b...selengkapnya »
Awan kelabu yang menggantung pekat sudah menghiasi langit sore itu. Namun itu tak menyurutkan tekad masyarakat Semarang untuk mengikuti Kebaktian Kebangunan Rohani akbar yang diadakan di sebuah stadion. Lapangan rumput sudah berubah menjadi lapangan koran. Nyaris tiap orangmembekali diri dengan lembaran koran sebagai alas duduk. Lalu dengan kesabaran tingkat malaikat mereka menanti-nanti acara yang tak kunjung dimulai. Ketika akhirnya pemimpin pujian mulai melontarkansapa, serta-merta mereka menyambutdengan super antusias. Beragam pengunjung tumpah ruah di sana. Yang sudah percaya kepada Kristus maupun yang sekedar ingin tahu; pengikut Kristus puluhan tahun maupun yang telah berbalik meninggalkan Dia; yang sehat maupun yang sakit; yang penuh semangat maupun yang sedang remuk oleh beban hidup. Semua berkumpul menjadi satu di atas lautan koran.
Satu demi satu puji-pujian dikumandangkan. Ketika tiba saatnya Firman Tuhan yang dinanti-nantikan disampaikan, banyak yang berharap mendengar sebuah kotbah yang dahsyat. Kotbah yang sepadan dengan nama besar si pembicara. Nyatanya, memang hampir tiap kalimat yang meluncur dari bibir si pengkotbah disambut dengan gegap-gempita oleh khalayak ramai, namun dari sekian banyak kalimat yang diucapkan sore itu hanya ada satu pesan yang terus diulang-ulang: Yesus mengasihi Saudara.
Disamping masyarakat awam, sebagian yang hadir sore itu adalah para tamu undangan yang merupakan kolega sang pengkotbah. Sebagian lagi adalah aktivis gereja. Sebagian lainnya adalah mereka yang telah mengikuti kebaktian dan ibadah hampir sepanjang hidupnya. Dan tanpa terelakkan, sejumlah orang beranggapan bahwa kotbah petang itu tidak cukup memuaskan apalagi “mengenyangkan”. Mereka berpikir semestinya kotbah itu dipersiapkan dengan lebih dahsyat lagi agar bisa memuaskan “dahaga” mereka.
Di tengah riak-riak ketidak puasan itu sebenarnya ada yang terluput dari perhatian mereka. Sesungguhnya saat itu mereka sedang LUPA. Lupa bahwa yang hadir di situ bukan cuma mereka. Bukan cuma orang-orang yang sudah bertumbuh imannya. Ada banyak orang yang baru pertama kali mendengar kabar tentang Kristus. Ada banyak orang yang begitu haus untuk mendengar kalimat “Yesus mengasihi Saudara”. Ada orang-orang yang dulu sempat berbalik meninggalkan Tuhan menjadi luluh hatinya dengan kalimat sederhana yang diulang-ulang itu.
Mereka yang mengeluh tidak puas itu lupa bahwa ... bagi Tuhan, mereka bukanlah anak tunggal. Ketika mereka bersungut-sungut sebenarnya mereka berlaku persis seperti anak sulung yang hanya memikirkan diri sendirisaat Bapa menyambut si bungsu yang terhilang. Jangan lupa bahwa ada “adik bungsu” yang juga perlu diperhatikan dan dipenuhi kebutuhannya.
Hendaklah jemaat Tuhan berlaku sebagai sebuah keluarga yang tidak melulu memikirkan kepentingan diri sendiri. Ketika suatu saat sebuah ibadah tidak berjalan seperti yang kita inginkan, jangan buru-buru merasa gusar. Bisa jadi ibadah itu tengah ditujukan untuk merangkul mereka yang terhilang. Sebagai anak yang telah banyak menikmati berkat bersama Bapa, ikutlah bergembira. Seperti Bapa memberi perhatian besar kepada anak yang terhilang, demikian hendaknya kita menaruh belas kasihan dan perhatian untuk kepentingan saudara-saudara kita yang terhilang.