|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Selagi ada kesempatan untuk mencari dan menyelamatkan jiwa yang terhilang, mari kita kerjakan dengan kasih karunia Allah tanpa menundanya. |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Jangan Menunda-Nunda |
|
Jangan Menunda-Nunda |
|
Sabtu, 04 November 2017 |
|
|
|
|
|
Jangan Menunda-Nunda |
|
1 Korintus 9:16 |
|
|
|
|
|
|
Dalam sebuah cerita dikisahkan ada tiga orang anggota pramuka yang mengikuti pembekalan dan acara camping. Mereka sangat antusias sekali karena ada banyak hal yang belum mereka pahami akhirnya mereka mengerti melalui pembekalan tersebut. Ketika mereka berbagi pengalaman tiba-tiba terdengar suara tabrakan yang cukup keras antara sepeda dengan motor. Pengendara sepeda terjebur ke sungai yang cukup dalam dan deras. Sepontan terdengar teriakan, “Tolong... tolong.... tolong!“ Saat mereka mendengar terikan tersebut , maka bergegaslah mereka menolong.
Saat hendak menolong, mereka melihat situasi dan terjadilah diskusi. “Bagaimana ini airnya deras, kamukan bisa berenang?” tanya si A kepada si B. Jawab si B, Iya... sih, tapi saya harus buat tali dulu supaya saya tidak hanyut oleh air.” Kemudian ia bergegas membuat tali temali sambil berkata kepada si C, “Kamu kan bisa buat tandu, coba segera kamu buat supaya jika kita telah menolongnya, kita bisa lebih mudah mengangkatnya.” Dan kemudian si C berbicara kepada si A, “Kamu juga kan bisa membuat obat-obatan darurat, coba sekarang kamu buat supaya ketika sudah menolongnya ada persediaan obat.“ Ketiga orang tersebut sibuk dengan pekerjaan dan tugas masing-masing, orang yang...selengkapnya » |
Dalam sebuah cerita dikisahkan ada tiga orang anggota pramuka yang mengikuti pembekalan dan acara camping. Mereka sangat antusias sekali karena ada banyak hal yang belum mereka pahami akhirnya mereka mengerti melalui pembekalan tersebut. Ketika mereka berbagi pengalaman tiba-tiba terdengar suara tabrakan yang cukup keras antara sepeda dengan motor. Pengendara sepeda terjebur ke sungai yang cukup dalam dan deras. Sepontan terdengar teriakan, “Tolong... tolong.... tolong!“ Saat mereka mendengar terikan tersebut , maka bergegaslah mereka menolong.
Saat hendak menolong, mereka melihat situasi dan terjadilah diskusi. “Bagaimana ini airnya deras, kamukan bisa berenang?” tanya si A kepada si B. Jawab si B, Iya... sih, tapi saya harus buat tali dulu supaya saya tidak hanyut oleh air.” Kemudian ia bergegas membuat tali temali sambil berkata kepada si C, “Kamu kan bisa buat tandu, coba segera kamu buat supaya jika kita telah menolongnya, kita bisa lebih mudah mengangkatnya.” Dan kemudian si C berbicara kepada si A, “Kamu juga kan bisa membuat obat-obatan darurat, coba sekarang kamu buat supaya ketika sudah menolongnya ada persediaan obat.“ Ketiga orang tersebut sibuk dengan pekerjaan dan tugas masing-masing, orang yang terjebur semakin terbawa arus dan semakin jauh.
Hingga akhirnya pekerjaan mereka selesai dan kemudian mereka berkata, “Ayo, kita mencarinya.” Namun mereka tidak menemukannya karena si korban telah hilang terbawa arus hingga meninggal. Kemudian mereka berkata, “Mengapa ya, kita tidak segera menolong. Kita malah sibuk dengan urusan dan keahlian kita masing-masing. Dan sekarang sudah terlambat. Orang yang seharusnya bisa kita tolong, sekarang sudah meninggal karena kita terlalu sibuk dengan urusan kita.”
Jemaat yang terkasih, seringkali kita lupa bahwa banyak orang yang ada di sekeliling kita akan binasa karena dosa dan pelanggaran mereka. Dan kita yang telah diselamatkan cenderung asyik dengan persekutuan, kebaktian, urusan pelayanan atau bahkan kesibukan dengan berkat yang Tuhan berikan. Kita justru lupa kalau kita memiliki tanggung jawab untuk menyelamatkan mereka. Kita terlalu egois dengan urusan dan kebutuhan diri kita sendirisehingga kita lupa akan amanat-Nya, yaitu menyelamatkan jiwa-jiwa bagi Tuhan.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|