|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan
segenap akal budimu” [ Matius 22:37 ] |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Kasih Yang Pudar |
|
Kasih Yang Pudar |
|
Sabtu, 16 Februari 2019 |
|
|
|
|
|
Kasih Yang Pudar |
|
1 Yohanes 4:7-10, Matius 22:37 |
|
|
|
|
|
|
Seorang ibu tua tinggal di sebuah desa, seorang diri di rumah karena suami sudah meninggal dan anak-anaknya tinggal di beberapa kota. Ibu itu sangat mengasihi anak-anaknya, setiap saat dalam doanya selalu disebut nama anak-anak, menantu dan cucu-cucunya, karena ia sangat mengasihi mereka. Ibu ini hidup berkecukupan karena anak-anaknya selalu rutin mengirim kebutuhannya. Setiap malam ia merenung, kilas balik anak-anaknya waktu masih tinggal di rumah selalu menyapa dan bercerita panjang dan lebar. Selalu terdengar kata-kata ibu aku mengasihimu. Tetapi sekarang karena kesibukan mereka tidak ada lagi tegur sapa dan rasanya hal itu dapat digantikan dengan bentuk materi yang dikirimkan. Tidak ada whatsapp dan telepon yang masuk. Rupanya kasih mereka telah pudar dan membuat kesedihan yang mendalam pada sang ibu.
Allah itu kasih. Kasih-Nya dibuktikan dengan menyerahkan Anak-Nya yang tunggal sebagai penebusan dosa bagi umat manusia. Allah yang kasih itu rindu agar umat-Nya juga mengasihi Dia. Dia berkata: “ Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu”. Tuhan menginginkan umat-Nya mempunyai hubungan pribadi dengan-Nya yang tidak tergantikan dengan persembahan-persembahan. Sebab Aku menyukai kasih setia, dan buka...selengkapnya » |
Seorang ibu tua tinggal di sebuah desa, seorang diri di rumah karena suami sudah meninggal dan anak-anaknya tinggal di beberapa kota. Ibu itu sangat mengasihi anak-anaknya, setiap saat dalam doanya selalu disebut nama anak-anak, menantu dan cucu-cucunya, karena ia sangat mengasihi mereka. Ibu ini hidup berkecukupan karena anak-anaknya selalu rutin mengirim kebutuhannya. Setiap malam ia merenung, kilas balik anak-anaknya waktu masih tinggal di rumah selalu menyapa dan bercerita panjang dan lebar. Selalu terdengar kata-kata ibu aku mengasihimu. Tetapi sekarang karena kesibukan mereka tidak ada lagi tegur sapa dan rasanya hal itu dapat digantikan dengan bentuk materi yang dikirimkan. Tidak ada whatsapp dan telepon yang masuk. Rupanya kasih mereka telah pudar dan membuat kesedihan yang mendalam pada sang ibu.
Allah itu kasih. Kasih-Nya dibuktikan dengan menyerahkan Anak-Nya yang tunggal sebagai penebusan dosa bagi umat manusia. Allah yang kasih itu rindu agar umat-Nya juga mengasihi Dia. Dia berkata: “ Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu”. Tuhan menginginkan umat-Nya mempunyai hubungan pribadi dengan-Nya yang tidak tergantikan dengan persembahan-persembahan. Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran [ Hosea 6:6 ]. Tuhan lebih menghargai kasih kita kepada-Nya daripada persembahan berapapun besarnya.
Pada waktu kita bertobat dan mengenal kasih Allah, kita selalu ada dalam hadirat-Nya. Persekutuan secara pribadi dan melayani Tuhan menjadi prioritas kita sebagai ungkapan kasih kita kepada-Nya. Dengan berjalannya waktu, berkat Tuhan melimpah dalam hidup kita, kesibukan kita di pekerjaan dan keluarga menyebabkan kasih kita kepada-Nya menjadi pudar. Dengan mudahnya persembahan persepuluhan dan persembahan lainnya menggantikan persekutuan kita dengan-Nya. Marilah kita selalu ingat pada kasih mula-mula dan menjaga kasih kita kepada-Nya sehingga kasih kita tidak akan pudar.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|