|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Hendaklah kita selalu hidup dalam kerendah hati, lemah lembut, dan kesabaran. |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Lupa Diri Karena Emosi |
|
Lupa Diri Karena Emosi |
|
Selasa, 27 Februari 2018 |
|
|
|
|
|
Lupa Diri Karena Emosi |
|
Filipi 2:3 |
|
|
|
|
|
|
Seorang guru di tempat saya mengajar dengan bangga berkata: ’Bisa apa mereka tanpa saya?’ Ia sedang kesal karena merasa dikecewakan oleh sekolah di tempat kami sama-sama mengajar. Memang ia merupakan salah satu guru yang paling senior dalam mengajar, dan saya pun menyayangkan terjadinya peristiwa yang membuatnya kecewa seperti itu. Terkadang ketika kita kesal atau emosi, kita lupa untuk mengontrol kata-kata yang keluar. Seperti teman guru ini, memang dia kecewa, tapi kata-kata yang keluar tidaklah baik untuk dikatakan. Ketika kita diberkati dengan talenta tertentu yang bisa membuat kita tampil baik dalam pekerjaan, adalah pantas jika kita syukuri. Namun jangan lupa, bahwa semua itu merupakan anugerah dari Tuhan dan bukan karena kehebatan diri kita sendiri. Kenyataannya ada banyak orang yang lupa diri ketika sudah sukses, dan mengira bahwa kehebatannyalah yang membuat semua itu terjadi. Tentu saja kita bekerja keras, berusaha dan belajar untuk bisa mencapai suatu tingkatan tertentu yang baik, tapi jangan lupa bahwa semua itu tetap merupakan berkat dari Tuhan. Memang apa yang dikatakan teman saya itu merupakan luapan kekesalan. Tapi jika tidak hati-hati, kita bisa terjerumus ke dalam kesombongan yang sama sekali tidak disukai ...selengkapnya » |
Seorang guru di tempat saya mengajar dengan bangga berkata: ’Bisa apa mereka tanpa saya?’ Ia sedang kesal karena merasa dikecewakan oleh sekolah di tempat kami sama-sama mengajar. Memang ia merupakan salah satu guru yang paling senior dalam mengajar, dan saya pun menyayangkan terjadinya peristiwa yang membuatnya kecewa seperti itu. Terkadang ketika kita kesal atau emosi, kita lupa untuk mengontrol kata-kata yang keluar. Seperti teman guru ini, memang dia kecewa, tapi kata-kata yang keluar tidaklah baik untuk dikatakan. Ketika kita diberkati dengan talenta tertentu yang bisa membuat kita tampil baik dalam pekerjaan, adalah pantas jika kita syukuri. Namun jangan lupa, bahwa semua itu merupakan anugerah dari Tuhan dan bukan karena kehebatan diri kita sendiri. Kenyataannya ada banyak orang yang lupa diri ketika sudah sukses, dan mengira bahwa kehebatannyalah yang membuat semua itu terjadi. Tentu saja kita bekerja keras, berusaha dan belajar untuk bisa mencapai suatu tingkatan tertentu yang baik, tapi jangan lupa bahwa semua itu tetap merupakan berkat dari Tuhan. Memang apa yang dikatakan teman saya itu merupakan luapan kekesalan. Tapi jika tidak hati-hati, kita bisa terjerumus ke dalam kesombongan yang sama sekali tidak disukai Tuhan.
Berbicara mengenai kerendahan hati, kita bisa belajar salah satunya lewat sikap Yosua. Apa yang terjadi pada Yosua tidaklah kecil. Ia ternyata dipilih Tuhan untuk melanjutkan kepemimpinan Musa atas bangsa Israel. Ketekunan, kesetiaan dan imannya sudah teruji sejak semula ketika ia masih menjadi abdi Musa. Lalu Yosua pun dipilih Tuhan untuk menggantikan Musa. Ini sebuah kehormatan yang sangat besar. Yosua bisa menjadi sombong karenanya, tapi dia tidak menunjukkan tanda-tanda kesombongan sama sekali.
Seperti yang tertulis dalam Yosua 3:1-17, Tuhan menyatakan kepada Yosua bahwa sama seperti ketika Tuhan menyertai Musa untuk melewati Laut Merah, demikian pula Tuhan akan menyertai Yosua dalam memimpin bangsa Israel dalam menghadapi sungai Yordan[ ay. 7]. Setelah Yosua menerima pesan Tuhan itu, ia pun segera menyampaikan hal tersebut kepada bangsa Israel. Tapi perhatikan apa yang dikatakan Yosua kepada bangsa Israel. ’Lagi kata Yosua: ’Dari hal inilah akan kamu ketahui, bahwa Allah yang hidup ada di tengah-tengah kamu dan bahwa sungguh-sungguh akan dihalau-Nya orang Kanaan, orang Het, orang Hewi, orang Feris, orang Girgasi, orang Amori dan orang Yebus itu dari depan kamu.’ [ay 10].
Marilah belajar hidup rendah hati seperti Rasul Paulus katakan kepada jemaat Filipi ’..tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri’ [Filipi 2:3].
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|