|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang. [ayat 7-8] |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Menjadi Murid Perlu Latihan |
|
Menjadi Murid Perlu Latihan |
|
Minggu, 27 Agustus 2017 |
|
|
|
|
|
Menjadi Murid Perlu Latihan |
|
1 Timotius 4:6-11 |
|
|
|
|
|
|
Menjadi murid perlu latihan
1 Timotius 4:6-11
Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang. [ayat 7-8]
Ada sebuah pernyataan menarik dari seorang guru di Australia: ’Kami tidak terlalu khawatir anak-anak Sekolah Dasar kami tidak pandai Matematika. Kami jauh lebih khawatir jika mereka tidak pandai mengantri.”
Mengapa pernyataan itu menarik?
Biasanya kita di Indonesia menganggap bahwa kemampuan dalam pelajaran itu jauh lebih penting daripada etika. Berprestasi di dalam pelajaran itu dianggap jauh lebih membanggakan daripada menjadi seorang anak yang mengerti tata krama. Hasilnya adalah di Indonesia ini banyak orang pandai, tetapi kepandaiannya itu tidak digunakan untuk hal yang baik tapi untuk hal yang tidak baik, misalnya korupsi.
Ya, korupsi itu dimulai dan dipelaja...selengkapnya » |
Menjadi murid perlu latihan
1 Timotius 4:6-11
Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang. [ayat 7-8]
Ada sebuah pernyataan menarik dari seorang guru di Australia: ’Kami tidak terlalu khawatir anak-anak Sekolah Dasar kami tidak pandai Matematika. Kami jauh lebih khawatir jika mereka tidak pandai mengantri.”
Mengapa pernyataan itu menarik?
Biasanya kita di Indonesia menganggap bahwa kemampuan dalam pelajaran itu jauh lebih penting daripada etika. Berprestasi di dalam pelajaran itu dianggap jauh lebih membanggakan daripada menjadi seorang anak yang mengerti tata krama. Hasilnya adalah di Indonesia ini banyak orang pandai, tetapi kepandaiannya itu tidak digunakan untuk hal yang baik tapi untuk hal yang tidak baik, misalnya korupsi.
Ya, korupsi itu dimulai dan dipelajari sejak kecil. Dimulai dari kebiasaan-kebiasaan tidak tertib, mengutamakan kepentingannya sendiri dan menyerobot hak orang lain. Misalnya di dalam hal mengantri. Kalau sejak kecil anak sudah terbiasa menyerobot maka sewaktu dewasa nanti juga dia punya anggapan bahwa menyerobot hak orang lain adalah perkara biasa. Dan banyak orang tua yang tidak keberatan dan malah mengajari anaknya untuk menyerobot hak orang lain. Itulah sebabnya di Indonesia ini banyak orang yang melakukan korupsi dan menganggap bahwa korupsi adalah hal biasa, karena memang sudah biasa mereka lakukan sejak kecil. Sedangkan di negara-negara yang membiasakan warganya untuk tertib [contohnya dalam hal mengantri] korupsi pun jarang terjadi.
Rasul Paulus menasihati Timotius, muridnya secara rohani, agar melatih diri di dalam ibadah. Ibadah yang dimaksud di sini adalah kesalehan [godliness]. Kesalehan memang harus dilatih, bahkan harus diajarkan sejak kecil, ketika seseorang masih kanak-kanak. Seperti halnya dengan kedisiplinan dalam mengantri, ketertiban, menghargai hak orang lain, harus ditanamkan sejak dini. Hasilnya akan terlihat nanti setelah anak itu menjadi dewasa, dia akan menjadi seorang yang baik.
Buat setiap murid Kristus, perlu kita melatih dan mendisiplin diri kita sendiri, dengan membaca Alkitab, bersaat teduh secara rutin, dan melakukan Firman itu agar terbentuk karakter Kristus di dalam diri kita. Amin.
Pdt. Goenawan Susanto
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|