|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Jangan terpukau dengan manifestasi Roh Kudus, tetapi mulyakan Allah melalui melalui menjadi saksi-Nya |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Tanda Kepenuhan Roh? |
|
Tanda Kepenuhan Roh? |
|
Senin, 17 Juni 2019 |
|
|
|
|
|
Tanda Kepenuhan Roh? |
|
Kisah Para Rasul 4:31 |
|
|
|
|
|
|
Brraaaaak....., telapak tangan Benay memukul meja. Ia sedang marah. Bahkan sangat marah. “penyembahan yang payah!” gerutunya, “Masak doa pentakosta cuma pakai gitar butut! Lha pasti saja tidak akan ngangkat!” “Tidak ngangkat gimana maksudmu?” tanya Sambey yang rupanya mengikuti Benay untuk menenangkan sahabatnya itu. “Masak kamu tidak tahu? Penyembahannya jadi tidak greget, Sam!” ungkap Benay jengkel, “Imbasnya tidak ada lawatan Roh!” “Oh.... begitu.” Benay tampak tambah sewot dengan jawaban pendek Sambey itu. “Jadi Roh Kudus tidak melawat ibadah yang kamu pimpin tadi karena musiknya tidak lengkap?” lanjut Sambey, “He..he..he... Roh Kudus kaya selebritis saja ya?.” “Ya jelas to! Artis saja mau naik panggung kalau musiknya wow, apalagi Roh Kudus.” “Berarti mirip roh kuda lumping ya? Gamelannya lengkap, semakin musiknya rancak, semakin mudah mengundang roh dan semakin cepat membuat penarinya kesurupan.” Kali ini Benay hanya diam. Sanggahan yang ingin dilontarkannyaseperti tertahan di tenggorokan. Sambey dengan lembut menepuk pundak sahabatnya itu. “Ben, Roh Kudus tidak butuh musik yang lengkap. Dia hanya butuh doa dari orang yang hatinya terbuka pada-Nya.” Benay tertunduk merenungkan nasehat sahabat karibnya itu. “Kepenuhan Roh tidak dibuktikan hanya dari penyembahan yang heboh dan segala manifestasinya, tapi dari buah Ro...selengkapnya » |
Brraaaaak....., telapak tangan Benay memukul meja. Ia sedang marah. Bahkan sangat marah. “penyembahan yang payah!” gerutunya, “Masak doa pentakosta cuma pakai gitar butut! Lha pasti saja tidak akan ngangkat!” “Tidak ngangkat gimana maksudmu?” tanya Sambey yang rupanya mengikuti Benay untuk menenangkan sahabatnya itu. “Masak kamu tidak tahu? Penyembahannya jadi tidak greget, Sam!” ungkap Benay jengkel, “Imbasnya tidak ada lawatan Roh!” “Oh.... begitu.” Benay tampak tambah sewot dengan jawaban pendek Sambey itu. “Jadi Roh Kudus tidak melawat ibadah yang kamu pimpin tadi karena musiknya tidak lengkap?” lanjut Sambey, “He..he..he... Roh Kudus kaya selebritis saja ya?.” “Ya jelas to! Artis saja mau naik panggung kalau musiknya wow, apalagi Roh Kudus.” “Berarti mirip roh kuda lumping ya? Gamelannya lengkap, semakin musiknya rancak, semakin mudah mengundang roh dan semakin cepat membuat penarinya kesurupan.” Kali ini Benay hanya diam. Sanggahan yang ingin dilontarkannyaseperti tertahan di tenggorokan. Sambey dengan lembut menepuk pundak sahabatnya itu. “Ben, Roh Kudus tidak butuh musik yang lengkap. Dia hanya butuh doa dari orang yang hatinya terbuka pada-Nya.” Benay tertunduk merenungkan nasehat sahabat karibnya itu. “Kepenuhan Roh tidak dibuktikan hanya dari penyembahan yang heboh dan segala manifestasinya, tapi dari buah Roh yang dihasilkan seseorang yang dilawat Roh”, kata Sambey penghabisan sebelum meninggalkan Benay.
Jemaat yang terkasih. Tuhan Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk menanti turunnya Roh Kudus di Yerusalem [KPR 1:4-5]. Tidak disebutkan bahwa dalam penantian itu mereka harus memainkan berbagai alat musik, menyanyikan lagu-lagu yang menggugah semangat, dan “penyembahan” yang heboh. Ketika mereka taat untuk berkumpul di hari Pentakosta, tiba-tiba ada fenomena seperti tiupan angin keras memenuhi ruangan di mana mereka ada; lalu tampak lidah-lidah seperti nyala api bertebaran dan hinggap pada setiap murid; dan penuhlah mereka dengan Roh Kudus. Mereka mulai ber-glosolalia [bahasa lidah; KPR 2:4] dan ber-xenolalia [mengucapkan bahasa-bahasa asing; KPR 2:5-6]. Fenomena dan manifestasi ini pun bukan tanda mutlak dari kepenuhan Roh. Pada bagian lain, kepenuhan Roh didahului dengan “gempa lokal” [KPR 4:31]; melalui penumpangan tangan rasul-rasul [KPR 8:14-17]; dan saat firman Tuhan diberitakan mereka berbahasa roh dan memuliakan Allah [KPR 10:44-46]. Jadi, sekali lagi, fenomena dan manifestasi yang beragam itu bukan tanda mutlak dan tujuan kepenuhan Roh. Lalu apa tanda kepenuhan Roh? Setiap orang beriman yang dipenuhi Roh akan hidup memuliakan Allah, memberitakan kebenaran Injil dan menjadi saksi-Nya.
Jemaat yang dikasihi Tuhan. Bukalah hatimu selebar-lebarnya dan berdoalah dengan tulus agar kita dipenuhi dengan Roh Kudus setiap hari. Jangan berhenti dan terpukau pada fenomena dan manifestasi-Nya. Melainkan, oleh pimpinan Roh, muliakanlah Tuhan dalam hidup kita, beritakanlah firman Tuhan dan bersaksilah. Terpujilah Tuhan.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|