|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Respon yang benar terhadap anugerah penebusan adalah dengan serius rela dididik menjadi orang saleh selama hidup di dunia ini. [Titus 2:12] |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Tidak Cukup Dengan Simpati Dan Empati |
|
Tidak Cukup Dengan Simpati Dan Empati |
|
Sabtu, 15 April 2017 |
|
|
|
|
|
Tidak Cukup Dengan Simpati Dan Empati |
|
Matius 27:11-26; 1 Korintus 6:19-20 |
|
|
|
|
|
|
Kisah penderitaan Yesus dalam menjalankan tanggung jawab-Nya sebagai Penebus dosa manusia menggambarkan beberapa hal:
- Dia diakui sebagai orang benar oleh Pilatus dan isterinya , juga anggota pasukan.
- Dinista oleh para pemimpin agama.
- Rela diperlakukan tidak adil, rela kehilangan hak dan direndahkan.
- Rela mati demi mentaati kehendak Bapa, dan ini menjadi kunci kemenangan-Nya.
Peringatan Paskah umumnya diisi dengan khotbah, drama, pemutaran film yang berisi ilustrasi tentang penderitaan-Nya. Secara manusiawi memang bisa menimbulkan rasa iba, simpati dan empati. Emosi kesediaan muncul sampai keluarnya air mata. Tentunya tidak salah berempati terhadap Yesus, tetapi menyambut Paskah tidak cukup dengan berempati, bahkan Yesus sendiri mengatakan, “Janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu dan anak-anakmu” [Lukas 23:28]. Kondisi obyektif manusia sebetulnya sangat dahsyat, terpisah dari Allah Bapa karena dosa.
Bagi Yesus tugas Penebusan sudah ...selengkapnya » |
Kisah penderitaan Yesus dalam menjalankan tanggung jawab-Nya sebagai Penebus dosa manusia menggambarkan beberapa hal:
- Dia diakui sebagai orang benar oleh Pilatus dan isterinya , juga anggota pasukan.
- Dinista oleh para pemimpin agama.
- Rela diperlakukan tidak adil, rela kehilangan hak dan direndahkan.
- Rela mati demi mentaati kehendak Bapa, dan ini menjadi kunci kemenangan-Nya.
Peringatan Paskah umumnya diisi dengan khotbah, drama, pemutaran film yang berisi ilustrasi tentang penderitaan-Nya. Secara manusiawi memang bisa menimbulkan rasa iba, simpati dan empati. Emosi kesediaan muncul sampai keluarnya air mata. Tentunya tidak salah berempati terhadap Yesus, tetapi menyambut Paskah tidak cukup dengan berempati, bahkan Yesus sendiri mengatakan, “Janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu dan anak-anakmu” [Lukas 23:28]. Kondisi obyektif manusia sebetulnya sangat dahsyat, terpisah dari Allah Bapa karena dosa.
Bagi Yesus tugas Penebusan sudah tuntas pada saat Dia mengatakan, “Sudah Selesai” [Yohanes 19:30]. Yang belum selesai adalah respon umat pilihan terhadap anugerah penebusan yang membawa Keselamatan kekal. Rasul Paulus mengingatkan bahwa ‘kita telah dibeli dengan harga yang mahal dan lunas dibayar karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu dan dengan rohmu’ [1 Korintus 6:19-20].
Memuliakan Allah tidak cukup dengan ucapan dan nyanyian yang kita naikkan bagi Tuhan. Memuliakan Tuhan harus dimulai dengan sikap hati yang menghargai Pribadi dan pengorbanan-Nya, yaitu dengan terus belajar melakukan kehendak Bapa. Setelah ditebus dan dimiliki oleh Tuhan Yesus, kita dididik dan dibentuk menjadi pribadi yang berkenan kepada Bapa, menjadi sempurna seperti Bapa [Matius 5:48], hidup kudus, tak bercacat dan tak bercela di hadapan-Nya [Efesus 1:4], mengambil bagian dalam kodrat ilahi sebagai anak Allah [2 Petrus 1:4]. Tuhan Yesus pada waktu hidup sebagai manusia telah memberi teladan.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|