|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Melalui penggarapan Bapa setiap hari [melalui berbagai peristiwa, persoalan], kita dibentuk makin dewasa rohani, hidup tidak bercacat sehingga bisa menjadi saksi untuk keselamatan orang lain. |
|
|
|
|
|
|
|
DITULIS OLEH |
|
Bp. Gunawan Laksmana |
|
Kontributor |
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Tuhan Bekerja Dalam Segala Sesuatu Untuk Mendatangkan Kebaikan |
|
Tuhan Bekerja Dalam Segala Sesuatu Untuk Mendatangkan Kebaikan |
|
Rabu, 07 Maret 2018 |
|
|
|
|
|
Tuhan Bekerja Dalam Segala Sesuatu Untuk Mendatangkan Kebaikan |
|
Roma 8:28-30 |
|
|
|
|
|
|
Dalam ayat-ayat tersebut kita diingatkan bahwa untuk supaya dalam segala sesuatu, semua peristiwa, persoalan yang terjadi dalam hidup kita mendatangkan kebaikan, ada syaratnya, yaitu mengasihi Tuhan dan terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Tuhan Yesus menyatakan bahwa mengasihi Dia berarti menuruti segala perintah-Nya [Yohanes 14:15]. Rencana Bapa adalah supaya melalui karya penebusan salib Krisus, manusia bisa diselamatkan, artinya bisa diproses untuk dikembalikan kepada rancangan semula Bapa menciptakannya, yaitu serupa dengan Penciptanya, menjadi sempurna seperti Bapa [Matius 5:48], kudus dan tidak bercacat dihadapan-Nya [Efesus 1:4, Filipi 1:10].
Hal lain yang perlu kita pahami dengan benar adalah janji tentang KEBAIKAN yang mengikuti setiap peristiwa. Tentunya kebaikan yang dimaksud bukan kebaikan menurut manusia, yaitu yang biasanya berkaitan dengan hal-hal yang menguntungkan secara jasmani/lahiriah, umpamanya: terpenuhinya kebutuhan jasmani, keberhasilan dalam pendidikan, finansial, karir, pekerjaan, promosi jabatan, kesembuhan dll. Karena hal-hal tersebut sebetulnya bukan masalah penting sepanjang kita mau hidup bertanggung jawab di dunia ini. Kebaikan menurut Tuhan dijelaskan dalam ayat 29-30 berupa: Bertumbuh dalam keserupaan dengan Tuhan Yesus, mengal...selengkapnya » |
Dalam ayat-ayat tersebut kita diingatkan bahwa untuk supaya dalam segala sesuatu, semua peristiwa, persoalan yang terjadi dalam hidup kita mendatangkan kebaikan, ada syaratnya, yaitu mengasihi Tuhan dan terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Tuhan Yesus menyatakan bahwa mengasihi Dia berarti menuruti segala perintah-Nya [Yohanes 14:15]. Rencana Bapa adalah supaya melalui karya penebusan salib Krisus, manusia bisa diselamatkan, artinya bisa diproses untuk dikembalikan kepada rancangan semula Bapa menciptakannya, yaitu serupa dengan Penciptanya, menjadi sempurna seperti Bapa [Matius 5:48], kudus dan tidak bercacat dihadapan-Nya [Efesus 1:4, Filipi 1:10].
Hal lain yang perlu kita pahami dengan benar adalah janji tentang KEBAIKAN yang mengikuti setiap peristiwa. Tentunya kebaikan yang dimaksud bukan kebaikan menurut manusia, yaitu yang biasanya berkaitan dengan hal-hal yang menguntungkan secara jasmani/lahiriah, umpamanya: terpenuhinya kebutuhan jasmani, keberhasilan dalam pendidikan, finansial, karir, pekerjaan, promosi jabatan, kesembuhan dll. Karena hal-hal tersebut sebetulnya bukan masalah penting sepanjang kita mau hidup bertanggung jawab di dunia ini. Kebaikan menurut Tuhan dijelaskan dalam ayat 29-30 berupa: Bertumbuh dalam keserupaan dengan Tuhan Yesus, mengalami proses pembenaran supaya benar benar menjadi benar dan berkenan kepada Bapa, dan akhirnya bisa dimuliakan bersama Tuhan Yesus di Kerajaan Surga di Langit Baru dan Bumi Baru.
Kita harus memahami bahwa melalui peristiwa/persoalan, kita mendapat manfaat berupa:
- Pendewasaan mental dan rohani
- Empati bertumbuh, yaitu bisa mengerti kebutuhan/kesulitan orang lain sehingga bisa ikut menanggung beban orang lain
- Terampil menghadapi kehidupan ditengah-tengah dunia yang makin fasik [terlatih]
- Bisa menghayati dunia ini bukan rumah kita.
Pada hakekatnya segala sesuatu yang terjadi dalam hidup [persoalan, kesulitan] adalah bagian dari proses penggarapan/pendidikan Bapa melalui pertolongan Roh Kudus supaya bisa digenapi rencana agung Bapa dalam pribadi kita masing-masing [Ibrani 12:5-10]. Untuk itu kita harus merespon dengan terus mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar [Filipi 2:12].
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|