|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Sebab telah Kaubuat aku bersukacita, ya TUHAN, dengan pekerjaan-Mu, karena perbuatan tangan-Mu aku akan bersorak-sorai. [Mazmur 92:5] |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Tuhanlah Sumber Sukacita |
|
Tuhanlah Sumber Sukacita |
|
Kamis, 13 Juli 2017 |
|
|
|
|
|
Tuhanlah Sumber Sukacita |
|
Mazmur 92:1-16 |
|
|
|
|
|
|
“Tertawalah sebelum tertawa itu dilarang”. Masih ingatkah anda dengan kalimat tersebut? Kalimat ini adalah kalimat yang selalu muncul di berbagai film yang dibintangi oleh Warkop DKI yang sangat terkenal sekitar tahun 1990an. Kalimat ini selalu dimunculkan di awal atau di akhir setiap film yang dibintangi oleh Dono, Kasino dan Indro. Kalimat tersebut bukan sekedar kalimat untuk “lucu-lucuan” semata. Kalimat tersebut adalah penggambaran kondisi tahun 1980-1990an dan sekaligus merupakan kritik yang tersirat [tersembunyi] bagi para penguasa “Orde Baru” yang berkuasa saat itu. Pada zaman orde baru, bagi para komedian, membuat orang tertawa bukan hal yang mudah. Para komedian memang dapat dengan mudah membuat orang tertawa, namun materi lawakan yang disajikan harus dipersiapkan dengan hati-hati. Jika salah membuat lelucon, penjara adalah tujuannya. Para komedian pada masa itu merasa, tertawa para penonton bukanlah tertawa yang lepas. Mengapa? Tertawa mereka secara tidak sadar hanya merupakan tertawa yang semu, tidak ada kebebasan karena masih dipenuhi kegelisahan dan ketakutan. Intinya, membuat orang merasakan kebahagiaan yang sejati bukanlah hal yang mudah. Sukacita adalah hal yang mahal dan langka di dalam hidup manusia...selengkapnya » |
“Tertawalah sebelum tertawa itu dilarang”. Masih ingatkah anda dengan kalimat tersebut? Kalimat ini adalah kalimat yang selalu muncul di berbagai film yang dibintangi oleh Warkop DKI yang sangat terkenal sekitar tahun 1990an. Kalimat ini selalu dimunculkan di awal atau di akhir setiap film yang dibintangi oleh Dono, Kasino dan Indro. Kalimat tersebut bukan sekedar kalimat untuk “lucu-lucuan” semata. Kalimat tersebut adalah penggambaran kondisi tahun 1980-1990an dan sekaligus merupakan kritik yang tersirat [tersembunyi] bagi para penguasa “Orde Baru” yang berkuasa saat itu. Pada zaman orde baru, bagi para komedian, membuat orang tertawa bukan hal yang mudah. Para komedian memang dapat dengan mudah membuat orang tertawa, namun materi lawakan yang disajikan harus dipersiapkan dengan hati-hati. Jika salah membuat lelucon, penjara adalah tujuannya. Para komedian pada masa itu merasa, tertawa para penonton bukanlah tertawa yang lepas. Mengapa? Tertawa mereka secara tidak sadar hanya merupakan tertawa yang semu, tidak ada kebebasan karena masih dipenuhi kegelisahan dan ketakutan. Intinya, membuat orang merasakan kebahagiaan yang sejati bukanlah hal yang mudah. Sukacita adalah hal yang mahal dan langka di dalam hidup manusia yang penuh kegelisahan, permasalahan dan berbagai ketakutan.
Perjanjian Baru, khususnya surat-surat yang ditulis oleh Rasul Paulus, mencatat bahwa selama melewati masa penderitaan besar, Rasul Paulus menggambarkan pengalamannya itu seperti ’sebagai orang berdukacita, namun senantiasa bersukacita. Dia juga menggambarkannya sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang, atau juga digambarkan sebagai orang tak bermilik, sekalipun memiliki segala sesuatu’ [2 Korintus 6:10]. Karena kasih Allah telah dicurahkan dalam hati kita oleh Roh Kudus [Roma 5:5], adakah situasi di mana kita tak dapat mengalami sukacita yang Dia berikan? Duka dan penderitaan adalah kenyataan hidup yang tak dapat dihindari. Namun Roh Kudus, adalah sumber sukacita kita, ’memberi kita harta tak ternilai harganya yang didamba manusia, dan yang Allah beri’. Segala kesulitan yang ada di dunia ini seharusnya tidak dapat membuat kita pesimis menjalani hidup. Sukacita yang Tuhan berikan kepada kita jauh melebihi segala penderitaan yang ada di dunia ini. Di dalam Yesus, sukacita dan kebahagiaan bukanlah sesuatu yang mahal dan langka. Sebab di dalam Yesus ada sukacita yang sejati.
Di perbatasan Meksiko dan Amerika Serikat, orang Meksiko zaman dahulu memiliki kebiasaan yang unik. Di kesehariannya mereka bekerja menggembalakan domba di padang rumput yang luas. Mereka mengenakan pakaian yang umum dipakai oleh orang Meksiko pada zaman itu saat menggembalakan ternak, yaitu celana jeans, baju khas Meksiko dan topi sombreo. Sambil menunggang kuda mereka juga bernyanyi dengan menggunakan gitar sebagai alat musiknya. Tahukah anda, mengapa mereka memakai gitar saat mereka bernyanyi, sambil menggembalakan ternak mereka? Jawabannya adalah ... karena jika para penggembala Meksiko menggunakan drum sebagai alat musiknya pasti akan terlalu berat untuk dibawa. Apalagi sambil naik kuda ... pasti berat banget ya! Tetaplah tersenyum, tetaplah bersukacita, tetaplah berbahagia. Tetaplah bersukacita menjalani hidup ini sebab Tuhan sudah memberikan sukacita yang sejati kepada kita.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|