|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Kita harus bisa menenangkan diri ketika dalam situasi genting karena percaya bahwa Tuhan beserta kita setiap saat dan selalu ada bersama-sama “satu perahu” dengan-Nya. |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Jangan Ragukan Kesetiaan Tuhan |
|
Jangan Ragukan Kesetiaan Tuhan |
|
Selasa, 25 Juli 2017 |
|
|
|
|
|
Jangan Ragukan Kesetiaan Tuhan |
|
Markus 4:35-41 |
|
|
|
|
|
|
Ada seorang Ibu muda sedang menghadapi persoalan keuangan dalam keluarganya. Ketika ia menghitung kebutuhan yang harus dipenuhi dalam bulan ini, maka kesedihan mulai menyelimutinya. Mengapa? Karena dia tidak memiliki uang sedikitpun. Suami yang masih bekerja di luar kota diharapkan segera pulang dengan membawa uang untuk mengatasi persoalannya. Namun setelah menunggu berhari-hari ternyata suaminya belum juga pulang. Kesempatan semakin sempit, kebutuhan semakin menghimpit. Dalam keadaan seperti itu dia mengajak anaknya bersama-sama bersimpuh dan berdoa memohon supaya Tuhan memberi pertolongan. Baru saja mereka selesai berdoa, dilihatnya saudaranya datang tanpa diundang dan membawa sejumlah uang untuk kebutuhan yang diperlukannya. Itulah cara Tuhan menolong ibu muda itu. Yang terpenting bukan saja uang yang dibutuhkannya, tetapi ia merasa bahwa Tuhan Yesus benar-benar ada dan mengasihinya.
Ketika hari sudah petang [ay. 35], yang seharusnya murid-murid sudah harus istirahat, Yesus masih mengajak mereka untuk menyeberangi danau untuk melayani di daerah orang Gerasa [bnd. 5:1]. Petang itu yang mengajak dan berinisiatif pelayanan di seberang danau [Gerasa] adalah Yesus, murid-murid hanya berusaha taat dan mengikuti-Nya saja. Ketika perahu yang mengangkut Tuhan Yesus bers...selengkapnya » |
Ada seorang Ibu muda sedang menghadapi persoalan keuangan dalam keluarganya. Ketika ia menghitung kebutuhan yang harus dipenuhi dalam bulan ini, maka kesedihan mulai menyelimutinya. Mengapa? Karena dia tidak memiliki uang sedikitpun. Suami yang masih bekerja di luar kota diharapkan segera pulang dengan membawa uang untuk mengatasi persoalannya. Namun setelah menunggu berhari-hari ternyata suaminya belum juga pulang. Kesempatan semakin sempit, kebutuhan semakin menghimpit. Dalam keadaan seperti itu dia mengajak anaknya bersama-sama bersimpuh dan berdoa memohon supaya Tuhan memberi pertolongan. Baru saja mereka selesai berdoa, dilihatnya saudaranya datang tanpa diundang dan membawa sejumlah uang untuk kebutuhan yang diperlukannya. Itulah cara Tuhan menolong ibu muda itu. Yang terpenting bukan saja uang yang dibutuhkannya, tetapi ia merasa bahwa Tuhan Yesus benar-benar ada dan mengasihinya.
Ketika hari sudah petang [ay. 35], yang seharusnya murid-murid sudah harus istirahat, Yesus masih mengajak mereka untuk menyeberangi danau untuk melayani di daerah orang Gerasa [bnd. 5:1]. Petang itu yang mengajak dan berinisiatif pelayanan di seberang danau [Gerasa] adalah Yesus, murid-murid hanya berusaha taat dan mengikuti-Nya saja. Ketika perahu yang mengangkut Tuhan Yesus bersama murid-murid sampai di tengah danau, tiba-tiba mengamuklah taufan yang sangat dahsyat. Murid-murid sangat takut karena ombak mulai menyembur dan masuk ke dalam perahu. Sementara Yesus malah tidur pulas di buritan. Pertanyaannya, di mana tanggungjawab Yesus? Bukankah Yesus yang mengajak bertolak menyeberangi danau saat petang itu? Kemudian murid-murid memaksa Yesus bangun, katanya, “Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa?” Dengan kata lain murid-murid hendak menanyakan di mana tanggungjawab Yesus. Kemudian Yesus menghardik badai itu, dan dalam sekejap tenanglah danau itu. Yesus pun menanyakan soal kesungguhan iman mereka.
Saudara kekasih Tuhan, kita sebagai murid-murid Kristus sudah seharusnya melakukan semua yang menjadi kehendak Tuhan. Kita mengikuti jalurnya Tuhan, yaitu Firman kebenaran-Nya. Tetapi kadangkala ketika kita ada dalam jalan kebenaran Tuhan persoalan justru malah menghampiri. Dalam situasi seperti itu, pencobaan yang mudah menghampiri adalah mempersalahkan Tuhan, menanyakan kembali kesetiaan Tuhan atau tanggungjawabnya kepada kita. Bagaimana seharusnya? Kita harus bisa menenangkan diri karena percaya bahwa Tuhan beserta kita setiap saat. Bukankah kita selalu ada bersama-sama “satu perahu” dengan Tuhan? Dia pasti bertindak, hanya persoalan menunggu waktunya Tuhan. Yang Tuhan inginkan dari kita adalah tetap setia di jalan-Nya dan teguh dalam iman sekalipun dalam situasi sesulit apa pun. Amin.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|