|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Lebih baik tetangga yang dekat dari pada saudara yang jauh. [Amsal 27:10 c ] |
|
|
|
|
|
|
|
DITULIS OLEH |
|
Ibu Lydia N. Haryanto |
|
Kontributor |
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Tetanggaku, Sahabatku |
|
Tetanggaku, Sahabatku |
|
Selasa, 17 September 2019 |
|
|
|
|
|
Tetanggaku, Sahabatku |
|
2 Raja Raja 4:1-7 |
|
|
|
|
|
|
Saat kita berkunjung ke rumah seorang teman atau famili karena ada suatu keperluan penting ternyata rumahnya terkunci, sepi. Apa yang kita lakukan ? Mungkin kita akan menghubungi yang bersangkutan lewat HP atau kalau kebetulan ada tetangganya yang berada di luar kita akan bertanya atau titip pesan. Itu adalah sesuatu yang biasa bagi kita masyarakat “timur” termasuk Indonesia. Namun pernahkah kita mendapat jawaban yang tidak kita duga mengingat yang bersangkutan adalah orang yang ramah dan “aktif” dalam kegiatan di gereja : “Maaf kami tidak tahu, “beliau” tidak pernah bertegur sapa dengan kami, tidak pernah bergaul dengan kami tetangganya”.
Sangat berbeda keadaannya dengan seorang janda nabi di jaman Nabi Elisa yang kebingungan saat penagih hutang datang akan mengambil dua orang anaknya untuk dijadikan budak. Dia mengadukan masalahnya tersebut kepada Nabi Elisa. [ayat 1]. Apa solusi yang diberikan Nabi Elisa kepadanya ? Elisa menanyakan apa yang dimiliki oleh sang Ibu Janda dan jawabannya sangat memprihatinkan, hanya punya sebuah buli-buli berisi minyak yang pasti tidak akan cukup untuk membayar hutang. [ayat 2]. Kemudian Nabi menyuruh si Ibu Janda untuk meminta bejana-bejana kosong dari semua tetangganya dalam jumlah yang tidak sedikit [ayat 3]. Bi...selengkapnya » |
Saat kita berkunjung ke rumah seorang teman atau famili karena ada suatu keperluan penting ternyata rumahnya terkunci, sepi. Apa yang kita lakukan ? Mungkin kita akan menghubungi yang bersangkutan lewat HP atau kalau kebetulan ada tetangganya yang berada di luar kita akan bertanya atau titip pesan. Itu adalah sesuatu yang biasa bagi kita masyarakat “timur” termasuk Indonesia. Namun pernahkah kita mendapat jawaban yang tidak kita duga mengingat yang bersangkutan adalah orang yang ramah dan “aktif” dalam kegiatan di gereja : “Maaf kami tidak tahu, “beliau” tidak pernah bertegur sapa dengan kami, tidak pernah bergaul dengan kami tetangganya”.
Sangat berbeda keadaannya dengan seorang janda nabi di jaman Nabi Elisa yang kebingungan saat penagih hutang datang akan mengambil dua orang anaknya untuk dijadikan budak. Dia mengadukan masalahnya tersebut kepada Nabi Elisa. [ayat 1]. Apa solusi yang diberikan Nabi Elisa kepadanya ? Elisa menanyakan apa yang dimiliki oleh sang Ibu Janda dan jawabannya sangat memprihatinkan, hanya punya sebuah buli-buli berisi minyak yang pasti tidak akan cukup untuk membayar hutang. [ayat 2]. Kemudian Nabi menyuruh si Ibu Janda untuk meminta bejana-bejana kosong dari semua tetangganya dalam jumlah yang tidak sedikit [ayat 3]. Bisa kita bayangkan andaikan si Ibu Janda tidak pernah bergaul dengan para tetangganya tentu dia tidak berani melaksanakan perintah Nabi Elisa itu. Dari kisah selanjutnya kita melihat suatu mujizat terjadi karena ketaatan si Ibu Janda terhadap perintah Nabi Elisa. Sedikit minyak milik Ibu Janda bisa mengisi semua bejana yang diperoleh dari para tetangganya dan atas perintah Nabi minyak itu dijual untuk membayar hutang dan keperluan hidup Ibu Janda beserta kedua orang anaknya. [ayat 4-7].
Hutang terbayar, anak-anak tidak jadi budak !! Peristiwa luar biasa ini tidak akan terjadi jika si Ibu Janda tidak taat kepada perintah Nabi dan hidup tidak bergaul akrab dengan para tetangga.
Sudahkah kita hidup rukun, akrab dengan lingkungan di mana kita tinggal ? Sesibuk apapun , mari kita berikan waktu untuk bergaul dan akrab dengan para tetangga di mana kita berdomisili sehingga kita bisa menjadi berkat bagi mereka. Jangan hanya akrab dengan keluarga, lingkungan kerja, gereja atau organisasi saja.
Amin.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|